Jumat, 08 Maret 2019

Bermula di Pulau Pramuka Ahok Mendekam di Balik Jeruji Besi (OPINI)



     Kasus penistaan agama yang dilakukan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada bulan September 2016 di kepulauan Seribu menjadi berita yang menarik perhatian masyarakat Indonesia. Proses peradilannya pun disorot banyak media baik dalam negeri maupun luar negeri dan menjadi topik hangat sepanjang tahun 2017 serta menimbulkan perdebatan antara pendukung dan yang menentang perilaku Ahok. Pengadilan Negeri Jakarta Utara menyatakan Ahok bersalah dalam kasus penistaan agama dan menjatuhi hukuman penjara selama dua tahun.
          Kasusnya yang dikabarkan telah menistakan agama pada saat ia menyinggung surat Al Maidah ayat 51 saat pidato di hadapan warga Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu telah menjadi sorotan masyarakat. Banyak opini yang bermunculan baik yang membela dan sebaliknya semakin menjatuhkan. Opini-opini tersebut banyak orang yang mengatakannya tanpa melihat fakta dan kebenarannya, dan hanya terbawa emosi sesaat. Mayoritas masyarakat Indonesia memang penganut agama Muslim, tetapi tidak selayaknya kasus demikian dibesar-besarkan dan dipermasalahkan sedemikian rupa sampai harus melakukan sidang yang tak kunjung selesai. Semua orang memiliki hak dan kehendak masing-masih dalam bersikap dan bertindak terutama dalam hal bertutur kata. Bisa saja semua itu tidaklah ditujukan untuk menistakan agama tertentu, tetapi ada maksud lain yang ingin disampaikan. Pak Ahok pun sudah meminta maaf dihadapan media dan masyarakat, hendaklah kita sebagai masyarakat di dalam negara yang demokrasi dan menganut dasar dan nilai-nilai Pancasila menerima permintaan maaf beliau. Tapi apa boleh buat jika memang Hakim ketua memutuskan Ahok bersalah dalam perkara penistaan agama, dan mendapat hukuman dengan pidana penjara selama dua tahun.
       Untuk itu, penting bagi kita mengetahui hasil-hasil dari Ahok sebagai Gubernur. Sebagai warga Indonesia yang khususnya masyarakat yang digubernuri Ahok, tentunya ingin Jakarta menjadi semakin nyaman, dan maju, tidak perlu memandang ras, suku, dan agama para pemimpin. Mari kita lihat kinerja mereka, mana yang paling membangun dan sesuai dengan masyarakatnya, itulah yang harus diperjuangkan.

Nama : Okfania Intan A.*
*Kelas: XI IIS-1*
*No. Absen: 29*
*Tugas: Opini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar